minggu ini adalah minggu terakhir di semester ganjil 2013/2014, saatnya untuk melakukan Input nilai. Seperti semester – semester sebelumnya, beberapa mahasiswa di kelas saya ada yang mendapatkan nilai D dan E.
pertanyaan saya : ” bagaimana memperlakukan mahasiswa zaman sekarang ”
semester sebelumnya, beberapa mahasiswa ada yang melakukan titip absen, karena salah satu syarat untuk mengikuti UAS adalah 80% dari jumlah kehadiran. Mahasiswa melakukan penipuan terhadap kehadirannya sendiri, tidak hadir, tetapi menyuruh kawannya untuk mewakilinya absen. Tentu saja fenomena ini sangat tidak baik, ini merupakan cikal bakal kebiasaan menipu dan etos kerja yang tidak baik pada saat mereka bekerja nantinya.
berbeda dengan semester lalu, pada semester ini, saya tidak memperdulikan lagi absensi, tetapi dengan sistem KBK ( kurikulum berbasis kompetensi) yang diterapkan pada semester ini, maka yang saya lakukan adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan pada saat saya menerangkan materi perkuliahan, memberikan tugas presentasi kelompok atau memberikan quis. yang terjadi adalah mereka tidak memperdulikannya.
mahasiswa saat ini berada dikelas tetapi tidak fokus, mereka melakukan multitasking, yaitu sibuk dengan smartphone-nya, mulai dari sms, chat, email, membaca media sosial, memberikan komentar terlalu banyak yang dilakukan pada saat dosen menerangkan materi perkuliahan, salah kaprah yang dilakukan mahasiswa ketika semua area kampus terhubung dengan wi-fi.
ketika saya memberikan quis, mereka hanya menunggu jawaban dari teman lain yang sudah selesai mengerjakannya. ketika mereka presentasi, mereka hanya membaca tulisan yang mereka copy dari internet.
ketika soal ujian tidak ada dimateri perkuliahan atau ketika materi presentasi mereka di tanya oleh teman dari kelompok lain, maka mereka tidak bisa menjawabnya.
ketika masa input nilai, dan mereka melihat nilai yang diperoleh, maka mereka tidak dapat menerimanya. mereka terus menerus menghubungi saya untuk meminta tugas tambahan untuk memperbaiki nilai mereka.
Ketika saya tidak mau memberikan perbaikan nilai, maka mereka akan mendaftarkan perkuliahan remedial… mahasiswa saat ini, tidak mau menerima nilai jelek, padahal memperoleh nilai adalah suatu proses, bukan tujuan akhir.
Bukankah seharusnya mahasiswa diajarkan untuk menjadi dewasa? Lengkap dengan pengalaman gagal sehingga mereka tahu betapa sakitnya gagal sehingga tidak mengulangi lagi di kemudian hari. Ini mestinya menjadi bagian dari pembentukan karakter mereka. jadi biarkan saja jika ada mahasiswa yang mendapatkan nilai D atau E, tidak perlu dibantu.