Panen Bayam Seruuuu

Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting, selain mengandung juga vitamin C, vitamin E dan zat mineral lainnya.

Banyak anak-anak yang sulit untuk makan sayuran… nahh untuk lebih mengenalkan sayuran dengan anak-anak, Fakultas pertanian, universitas nasional, program studi agroteknologi, mengenalkan tanaman bayam kepada anak-anak dengan cara yang asik. edukatif dan informatif… melalui konsep edutaiment (edukasi dan entermainment).

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

dalam mengisi liburan sekolah, karena kelas dipakai untuk ujian sekolah anak2anak kelas 6 SD, maka dirancanglah acara untuk mengisi liburan anak-anak. antusiame dari anak-anak begitu bersemangat.

panen bayam

bayam yang siap dipanen oleha anak-anak. panen dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu panen kangkung dan bayam.

panen bayam

serunya….

sebelum acara panen, anak-anak diajarkan dulu, media tanam, kemudian belajar menanam, sampai akhirnya siap panen yang sudah ditaman jauh-jauh hari.. selain itu ada hiburannya… beberapa kelinci lucu yang siap di acak-acak anak-anak.  🙂

UNAS ( Ujian Nasional )

Pagi ini jalanan sepiiii, sampai kampus masih ke pagian.. Kenapa?? karena hari ini adalah hari pertama anak Ujian Nasional untuk anak SMU.

Ujian Nasional

kalau liat dari gambar di atas, Ya !! pendidikan di sini makin aneh… persiapan menghadapi Ujian Nasional lebih penting, lebih utama, dari pada persiapan menuju kematian alias akhirat… hehehe  🙂

saya liat di TV, Persiapan UN bukan lagi hal-hal yang masuk akal, seperti belajar, mengerjakan soal-soal, ikut bimbingan belajar saja, tetapi saat ini persiapan menjelang UN, sholat berjamaah, do’a berjamaah, cuci muka dan meminum air yang sudah di do’a-in, pinsil yang sudah di do’ain, belum lagi ada sekolah yang mengadakan sholat berjamaah di depan kuburan kiai-nya, alias sesepuh sekolahnya… ini makin aneh, makin musrik.

Ujian saat ini merupakan sesuatu yang harus ditakuti, bukan lagi sesuatu yang harus dijalani, padahal setiap hari, kita ujian… YA ujian kehidupan…

Sebenarnya kalau gagal ujian nasional, efeknya apa sih? Malu? Gengsi?

Pemerintah sangat takut soal ujian bocor, sampai soal di buat dengan banyak tipe, kenyataannya tetap saja soal UN bisa bocor.. tahun lalu, soal di buat 5 tipe.. pada saat ujian mau dimulai, tersebar jawaban untuk ke 5 tipe tersebut, akibatnya banyak siswa yang mendapatkan nilai 10… hebat ngak?? nilai sempurna.. tidak ada satu pun yang salah.

sekolah berlomba-lomba mengadakan semua persiapan yang masuk akal dan tidak masuk akal, demi nama baik sekolah, demi nilai sekolah… seperti yang dialami keponakan saya, gurunya mengumpulkan semua anak pintar disekolah, kemudian, anak-anak pintar tersebut diharuskan membantu teman yang kesulitan menjawab… bahkan ada sekolah yang memberikan kunci jawaban ke siswa.

Pemerintah, sekolah, guru, orang tua …semua membuat siswa jadi takut… takut tidak berhasil dalam UN… kenapa???

bukankah seharusnya mereka membantu mental siswa, membuat siswa tidak takut, membuat siswa percaya diri … kenapa?? bukankah semua soal sudah dipelajari di kelas, sudah dibahas di kelas.. semua materi sama untuk semua sekolah, siswa sudah mengikuti ulangan, hari mulai ulangan harian, ulangan semesteran, apakah belum cukup..?? karena semua mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan.. yang merangkai soal juga guru-guru..

kasian nasib anak sekolah….. kasian nasib anak saya…

Kisah Inspiratif kamayarya

Pagi-pagi, baca kisah Siti Horiah, mata langsung ber-air dengan sendirinya, kenapa?? saya selalu terharu tiap kali ada anak pintar yang tidak bisa sekolah karena tidak mempunyai biaya… banyak sudah orang yang saya kenal berhasil dan sukses dalam hidupnya, berawal dari hidup yang sangat sederhana….. Semua bisa terwujud karena Tuhan Maha Kuasa atas hidup kita ini. mereka adalah orang-oarang pilihan…

Siti Horiah mahasiswa dari Program Studi Teknik Nuklir 2012 mendapat penghargaan sebagai pemenang pertama dalam Lomba Menulis Kisah Inspiratif Kamakarya 2013 yang diadakan dalam rangkaian acara Seminar Motivasi Nasional oleh divisi keilmuan Kamadiksi dalam rangka meningkatkan motivasi penerima beasiswa Bidik Misi. Acara yang memiliki tema “Menembus Batas, Memetik untaian mimpi ”

Mau tau kisahnya….. baca sendiri yahhh  🙂 semoga dapat meng-inpirasi..

Meja Telepon Ibu

Siti Horiah
Mahasiswa Program Studi Teknik Nuklir 2012

Disudut ruang tamu kami, yang luasnya tidak lebih dari 4m2 itu terletak sebuah meja kecil berwarna hitam. Meja itu adalah sebuah meja telepon rumah yang sudah beralih fungsi sebagai meja belajarku. Meja itu adalah satu-satunya meja yang ada di rumah kami, meja yang sampai saat ini masih dibiarkan ibuku tetap berdiri tegak dan masih tetap berada dirumah kami dengan sebuah alasan yang tak aku ketahui.

Beginilah kondisi rumah kami setelah peristiwa kebangkrutan usaha ayahku. Demi menyambung nyawa keluarga kami, ibu rela menjual barang-barang berharga yanga ada di rumah kami pada tetangga sekitar. Ibuku tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan tidak tahu lagi bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membeli beras. Beliau menjual satu persatu barang-barang berharga kami, setiap kali datang waktu makan. Mulai dari beberapa pakaian ibuku yang paling beliau suka, alat-alat dapur seperti gelas, piring, panci, dispenser, bahkan sendok dan garpu pun ikut habis terjual.
Ayahku tidak dapat berbuat banyak setelah peristiwa kebangkrutan usahanya. Beliau hanya mampu menjadi kuli dipasar tradisional di kota kami. Upah yang dia terima tidak mampu menutupi kebutuhan keluarga besar kami.

***

Suatu siang, aku melihat adikku Rafi menangis sambil menghampiri ibu yang sedang duduk lemas menonton tv tanpa antena itu. Aku memperhatikan gerak-gerik ibu yang kepanikan, beliau tidak ingin membiarkan Rafi adikku menangis terlalu lama.

“ibu, ibu aku lapar!” jerit Rafi.

Ibu yang tak bisa berkata apa-apa langsung pergi menuju dapur, mengambil beberapa piring. Aku pun terus memperhatikan gerak-gerik ibu. Aku heran apa yang akan ibu lakukan dengan kelima buah piring itu. Sempat aku berpikir kalau ibu akan mengambilkan nasi untuk Rafi, namun aku teringat kalau dari kemarin aku belum memasak nasi untuk keluarga kami. Dengan masih tetap memperhatikannya dari balik pintu, aku melihat air mata ibuku jatuh berlinang membasahi pipinya yang pucat, namun dengan cepat beliau langsung menghapusnya takut-takut kalau air matanya akan terlihat olehku. Aku pura-pura tidak sadar dengan apa yang ibu lakukan didapur, aku menyibukan diriku dengan menggendong dan menimang Rafi agar dia tidak menangis.

Kubiarkan ibu dengan kesibukannya, kulihat beliau keluar rumah dengan kelima piringnya itu. Tak beberapa lama kemudian beliau kembali dengan uang ribuan yang lusuh sebanyak lima lembar. Aku terheran-heran atas apa yang ibu lakukan. Ibu langsung menyuruhku pergi kewarung membeli setengah liter beras, dan satu butir telur. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung pergi menuruti perintah ibu.

Aku kembali dengan apa yang ibu minta dan ibu langsung menyuruhku memasaknya. Ibu menyuruhku membuat telur dadar dengan mencampurkan telur itu dengan terigu, agar satu telur itu menjadi besar dan cukup untuk dimakan oleh kami bersembilan. Aku menarik napas dalam-dalam, air mataku pun tak kuat dibendung, menetes jatuh. Aku tak kuat menahan ini semua, bagaimana tidak, setiap harinya kami hanya makan satu kali sehari. Berbagi setengah liter nasi untuk sembilan orang, satu butir telur saja harus dibagi sembilan, sering kamipun membagi 2 bungkus mie instans untuk sembilan orang. Terkadang ayah memilih pergi dari rumah saat tiba waktu makan, beliau pergi sambil menitip pesan padaku agar jatah makanannya diberikan pada adik-adikku saja.

Ibu sangat sayang pada kami, beliau tidak pernah membagi penderitaanya pada kami semua. Selagi ayah menjadi kuli dipasar, ibu selalu menggantikan peran ayah. Ibu tak pernah terlihat sedih dengan penderitaanya. Ibu rela berkorban demi kami semua. Ibu rela menjual tempat tidurnya dan memilih tidur dilantai dengan beralaskan kasur yang tipis saja.
Hampir seluruh barang berharga dirumah kami terpaksa beliau jual, demi menutupi pendapatan ayah yang besarnya tak kurang dari sepuluh ribu rupiah. Hanya satu buah meja telepon yang ibu sisakan diruang tamu kami. Aku heran kenapa ibu tidak pernah mau menjual meja tersebut, beliau lebih memilih menjual beberapa pakaiannya ketimbang menjual meja tersebut. Sampai pada saatnya aku tak sanggup melihat pakaian terbaik ibu harus ikut terjual, akupun menawarkan meja telepon itu untuk dijual pada ibu. Namun ibu menolak dengan kata-kata yang membuatku menangis sendiri. “Selapar apapun kita nanti, ibu tidak akan menjual tempat yang kau gunakan untuk mengantungkan cita-citamu itu nak, pakailah terus meja itu.” Ungkapnya sambil pergi kerumah tetangga untuk menjual baju terbaiknya selama ini, demi sepiring nasi untuk keenam adikku.

Aku lemas mendengarnya, jadi selama ini ibu tidak mau menjualnya hanya karena aku sering memakai meja yang panjangnya tidak lebih dari 30 cm itu untuk belajar. Aku tersadar selama ini aku memang selalu menggunakan meja itu untuk belajar karena itu adalah satu-satunya meja yang ada dirumah kami.

Itulah kondisi yang selama ini aku alami, tak ada yang bisa aku lakukan banyak ketika itu. Saat itu kondisinya aku sedang duduk dikelas tiga. Ditengah kondisi seperti ini aku harus tetap berjuang untuk bisa lulus SMA. Setiap malam aku bangun untuk belajar dan mengerjakan tugas, aku menggunakan meja telepon itu sebagai alasku belajar. Terbayang betapa menderitanya belajar di atas meja yang luasnya lebih kecil dari luas buku tulisku. Namun tidak ada pilihan lain bagiku, aku tak mampu menunduk lama untuk belajar bila memilih belajar diatas lantai yang dingin. Meja itu adalah teman terbaik bagiku. Dia selalu menemaniku dimalam hari disaat semua orang terlelap, aku harus bangun untuk belajar. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki waktu disiang hari untuk belajar.

Benar kata ibuku meja itu adalah tempat aku menggantungkan semua cita-citaku. Tempat aku memulai perubahan pada hidup keluargaku. Ibuku berharap besar padaku, karena aku adalah anak pertama. Jadi setelah aku lulus SMA nanti aku bisa langsung bekerja, dan ibu optimis terhadap diriku kalau aku nanti akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena ibu tahu aku termasuk murid yang berprestasi disekolah.

Tanpa disadari aku memang menyayangi meja kecil hitam itu, meja itu selalu aku bersihkan setiap harinya, walaupun meja itu kecil dan sempit tapi aku masih bersyukur bisa tetap menulis diatas meja. Meja itu adalah satu-satunya tempat aku berbagi rahasia, tempat aku mengukir sebuah mimpi. Hanya meja itu yang menjadi saksi kalau aku memiliki sebuah mimpi yang selama ini aku rahasiakan dari dunia.

Aku punya sebuah mimpi yang benar-benar tidak bisa aku ungkapkan pada siapapun. Aku takut kalau mimpiku yang satu ini kuberitahu pada orang tuaku itu akan menjadi beban padanya, kalau aku beritahu pada teman-teman atau orang banyak aku takut mimpiku yang ini akan ditertawakan mereka. Jadi selama ini hanya meja kecil ini yang bersaksi kalau aku sering mengukir sebuah nama Universitas yang aku impikan pada catatan sekolahku. Ya, mimpiku yang tidak dapat aku beritahukan kepada siapa pun termasuk orang tuaku sendiri adalah duduk di bangku KULIAH.  Sebenarnya setiap kali orang tuaku membahas tentang pekerjaan yang nantinya aku lakoni setelah lulus SMA, hati kecilku menangis merintih tak terdengar siapapun.

“ayah, mama, aku gak mau kerja aku mau kuliah kaya temen-temen, aku mau masuk UGM aku mau ke Jogja, aku gak bisa KERJA!” jerit hati kecil ini.

***

Saat-saat seperti ini semua teman-temanku sibuk mencari tempat bimbel yang terbaik dikota kami, sebagai salah satu persiapan sebelum menghadapi SNMPTN. Bagi seorang Siti Horiah jangankan mengikuti program bimbel, buku paduan SNMPTN saja tak punya. Aku tak pernah memiliki niat untuk membeli buku SNMPTN yang harganya selangit itu. Untuk makan adik-adiku saja setiap subhu aku dan ibu masih harus keliling pasar untuk menjajakan kue cucur buatan ibuku. Bagaimana aku mau menabung, uang jajan yang ibu berikan itu hanya sebesar tiga ribu rupiah saja, itupun hanya cukup untuk ongkos naik angkutan umum. Kalau kue kami tidak terjual satupun itu berarti aku harus berjalan kaki sejauh 3 km untuk sekolah. Aku tak sanggup meminta uang sepeserpun unutuk membeli buku SNMPTN pada ayahku yang menjadi kuli dipasar, apalagi berkata pada ayah kalau aku ingin kuliah ke JOGJA. Sudahlah bagiku kuliah adalah mimpi-mimpi basi seorang siswa SMA kelas 3 seperti aku ini.

Itulah sebabnya aku menyembunyikan mimpi besar hidupku ini dari orang banyak. Bagiku mimpi ini hanya akan menjadi pisau kecil bagi keluarga kami. Mimpi yang akan menusuk dan mengiris perasaan kedua orang tuaku. Tak pernah sekalipun aku berniat untuk mengkhayal menduduki bangku kuliah. Aku takut kalau kedua orang tuaku tahu tentang mimpi ini, mereka pasti akan merasa kalau mereka bukan orang tua yang baik, orang tua yang tidak bisa membahagiakan anak-anaknya. Biarlah mimpiku yang ini hanya aku, meja kecil itu dan Tuhan yang tahu.

***

Sahabatku Ana selalu ada untukku, memberika support. Cita-citanya menjadi dokter membuat aku tersenyum miris sendiri. Aku selalu berpikir kenapa aku tidak seberani dirinya bermimpi dan bercita-cita. Namun aku sadar aku tidak seperti dirinya, aku bukan anak siapa-siapa yang boleh bermimpi setinggi itu. Kalau kata adikku yang pertama “MIMPI ITU MAHAL KAK!” buat bermimpi saja itu sulit apa lagi merealisasikannya pada kenyataan. Sesulit itukah bermimpi pikirku kalau mimpi saja dianalogikan dan disamakan dengan kata mahal. Kata-kata yang membuat keluarga miskin seperti kami gempar mendengarnya. Kata mahal itu bagi kami berarti mustahil dijangkau. Maklumlah, bagi keluarga miskin seperti kami harga sebutir telur naik seratus rupiah pun sudah membuat kepala ayahku sakit.

Saat aku berkunjung kerumah Ana, orang tuanya memberikanku uang sebesar seratus ribu rupiah. Tanganku gemetar menerimanya. Orang tua Ana memberikan uang itu untuk aku gunakan sebagai ongkos pulang kerumah, yang pada kenyataannya ongkos yang aku gunakan hanya empat ribu rupiah. Setelah kuputuskan sisa uang tersebut kuberanikan saja untuk kubelikan sebuah buku SNMPTN bekas dipasar. Agar harganya tidak mahal dan aku dapat memberikan sisa uangnya pada ibuku. Aku sangat senang sekali saat itu, aku berpikir walaupun aku tak ada niat untuk kuliah namun apa salahnya kalau aku juga ikut menimba ilmu seperti teman-temanku.

***

“Kamu mau kuliah?” sahut ayahku didepan ibu dan adik-adiku.

Aku kaget bukan main terhadap pertanyaan itu, dari mana ayah tahu mimpi yang aku sembunyikan dari dunia itu, mimpi yang tidak pernah terucap oleh lidahku sendiri walau dalam doa di sholatku, mimpi yang hanya ikut mengalir bersama air mata sebelum tidurku, mimpi yang bahkan akupun sendiri malu bercerita pada Tuhan. Ternyata ayah menyadari hal itu semua karena buku SNMPTN yang baru aku beli kemarin ku letakan diatas meja kecil hitam itu. Ibuku yang hanya lulusan SD menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan ayah. Ibu marah mendengar hal itu, ibu menyuruhku mengubur mimpi tersebut, ibu takut kalau nantinya aku stress karena mimpiku yang ini tidak akan pernah terwujud. Aku tertunduk menangis, adik-adiku iba melihat kearahku. Ayah menenangkanku tersenyum padaku, ayah berkata padaku agar aku belajar yang baik dan mencari tempat kuliah yang aku inginkan. Ayah berkata kalau beliau akan berusaha mati-matian agar aku bisa kuliah. Aku tersenyum melihat ayah yang bijak berkata seperti itu, entahlah aku sempat berpikir kalau ayah hanya ingin menenangkan diriku saja.

***

Suatu sore saat aku sedang menyapu halaman rumah, seorang ibu yang sebaya dengan ibuku menegurku.

“kamu mau kuliah yah neng?”. Tegurnya sambil tertawa kecil.

Aku kaget dibuatnya, Ibu itu berkata kalau kemarin ibuku bercerita pada dirinya bahwa aku merengek meminta meneruskan sekolah. Ibu itu menasihati diriku, dia berkata padaku kalau kita sebagai orang susah jangan ‘kebanyakan tingkah’, aku sebagi anak pertama jangan menyusahkan kedua orangtua dengan merengek-rengek minta kuliah. Kuliah itu mahal katanya, upah ayahmu itu tidak cukup untuk makan dua kali sehari, apalagi untuk biaya kuliah. Kasihan adikmu ada banyak mau makan apa mereka.

Hatiku bergetar, ingin rasanya aku membentaknya. Namun aku hanya mampu membalas perkataannya dengan senyum termanis yang aku miliki.

Keesokan harinya ibuku bercerita, kalau teman-teman ayahku dipasar itu mengolok-olok ayahku karena ayahku bercerita pada mereka kalau aku ingin kuliah. Mereka berkata pada ayahku kalau tidak akan ada universitas yang mau menerima orang miskin seperti aku ini.

Aku berlari menuju meja kecil hitam di ruang tamuku, ku buka buku catatanku yang pernah kutulisi tulisan grafiti nama sebuah universitas impianku. Kurobek dan kulempar bukunya, aku marah saat itu. Karena orang yang paling aku sayang itu dihina oleh orang lain, dicaci maki. Aku tersadar kalau itu semua karena mimpi ‘konyolku’ berkuliah. Itulah sebabnya selama ini aku malu dan memutuskan untuk menguburkan niat dan impianku berkuliah sedalam-dalamnya. Sudah kukira akan berakhir dengan penghinaan kedua orangtuaku seperti ini. Aku kesal, orang tuaku dihina seperti itu. Aku malu karena itu semua adalah ulah dari mimpi tidur indahku.
***
Keesokan harinya disekolah teman-temanku bersorak dan memanggilku.

“Selamat yah sit, lu masuk daftar undangan SNMPTN tuh!” ucap Lidia

Jantungku bergetar, aku tak percaya kalau namaku bisa masuk dalam jajaran murid-murid pintar yang bisa mengikuti SNMPTN undangan. Aku pun girang bukan main, ku hampiri guru bimbingan konselingku. Aku menceritakan masalah keluargaku selama ini, awalnya aku tak mau bercerita namun karena mimpiku berkuliah saat ini sudah ada di depan pelupuk mata. Maka akupun memutuskan untuk menceritakan semuanya agar aku mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Guruku itu langsung memeluk tubuhku yang kaku, dia memiliki impian besar terhadap diriku. Dia mencarikan solusi untuk masalahku ini dengan menawarkan beasiswa BIDIKMISI. Tanpa berpikir panjang aku menyetuji ajakannya. Aku pulang kerumah dan menyiapkan berkas-berkas yang ada, saat itu aku merasa bersyukur sekali karena impianku yang kurasa buruk itu akan segera terwujud. Aku sengaja tidak memberitahu informasi ini pada kedua orangtuaku, aku ingin membuat semua ini menjadi kejutan bagi mereka.

Segala macam persyaratan pendaftaran SNMPTN itu pun telah dipenuhi, aku memutuskan untuk memilih UNIVERSITAS GADJAH MADA dan prodi TEKNIK NUKLIR pada pilihan pertama. Entahlah dengan hanya bermodal menyukai kimia dan fisika. Maka aku putuskan untuk memilih program studi ini. Besar harapanku untuk diterima. Setelah semuanya selesai , baru ku beritahu ayah dan mama. Mereka sangat senang karena beasiswa Bidik Misi ini mereka berdua tidak perlu mengeluarkan uang sampai aku lulus nanti. Kedua orang tuaku pun senang dengan pilihan program studi yang aku pilih itu. Semuanya tinggal ku pasrahkan pada Tuhan. Kalau memang rezeki aku pasti akan mendaptkannya pesan ayah padaku yang selalu ku ingat.Aku senang dan aku ingin membuktikan pada semua orang yang telah menghina mimpiku.Aku ingin membuktikan kalau impianku ini akan segera terwujud.

***

Dua bulan lamanya aku menunggu pengumuman, selama itu aku mempersiapkan diriku untuk bisa mengikuti SNMPTN tulis, aku belajar sedikit demi sedikit dari buku soal-soal SNMPTN yang aku miliki. Semangatku berkuliah setiap harinya semakin kencang. Ditengah-tengah semangatku ini, masih saja ada tetangga yang mengolok-olok mimpiku. Ada tetangga yang berkata pada ibuku seperti ini.

“Hati-hati bu, itu anaknya bukan mau kuliah tapi mau jual diri.” Ucapnya sinis

Ingin rasanya aku menampar orang yang berbicara seperti itu pada ibuku, tapi ibuku menyadarkanku kalau ucapan mereka adalah batu loncatan bagi prestasiku. Aku harus tetap rajin belajar dan membuktikan pada dunia kalau mimpiku itu akan mengubah dunia menjadi lebih baik.

***

Semua hinaan, cacian maki tetangga-tetangga sampai saudara-saudara terdekat kami kemarin terhadap mimpi besarku, kini lenyap sudah. Air mata kedua orang tuaku kini warnanya berubah sebening permata, keringatnya yang bercucuran itu menjadi keringat kebanggaan mereka terhadapku, simpulan senyum guru-guruku mengguratkan harapan besar padaku. Ya, aku diterima di Universitas kerakyatan yang menjadi kebanggaan negara ini. Universitas bergengsi dan nomor satu terbaik di Negri ini. Gadjah Mada namanya, di sana namaku tertera di Teknik Nuklir. Program studi sarjana Nuklir satu-satunya di ASEAN dan memiliki lulusan terbaik se-Asia.

Aku tak bisa berkata apa-apa, melihat kebahagiaan kedua orang tuaku. Melihat mimpiku yang kini menjadi nyata, mimpi yang tak pernah berani aku ungkapkan pada dunia. Mimpi yang tak seharusnya aku tutupi dari orang lain. Sekarang aku sadar kalau semua itu memang berasal dari mimpi. Mimpi yang bukan hanya sekedar mimpi, mimpi yang harus segera diwujudkan, bukan dibiarkan tetap tidur bersama angan-angan semata. Aku pun tersadar sekarang kalau tak ada satupun hal yang mustahil dalam hidup ini, aku masih memiliki Allah. Tuhanku yang tak pernah tidur, yang selalu mau mendengarkan mimpi kecil kita. Aku tak akan menyia-nyiakan amanat besarmu ini Tuhan. Aku tersenyum mengingat semua pengorbanan aku dan kedua orangtuaku demi mimpi manis ini kemarin. Terimakasih meja kecilku yang setia menemaniku merogoh mimpi ini. Terimakasih Tuhan mengijinkanku merajut asa ini untuk meraih impian.

 

Gashuku

kemarin selesai sudah adam mengikuti ujian tengah semester, hari ini pagi-pagi dia sudah pergi ke salah satu bukit dijawa barat. untuk mengikuti gashuku. gashuku adalah ujian kenaikan tingkat bagi atlet tae kwon do .

ujian kali ini adalah ujian ke dua bagi adam. tentunya secara mental dia sudah sangat siap. begitu juga dengan saya. berbeda dengan tahun lalu, walaupun sewaktu TK adam sudah pernah mengikuti camping alias kemah, tetapi saya tetap khawatir adam pergi untuk mengikuti gashuku.. terbanyang seperti mahasiswa pada waktu ospek.

ketika ujian tahun lalu, adam pulang dengan sangat ceria, sangat senang, dia bercerita bahwa ketika sampai, makan bersama, kemudain istirahat dan sholat. setelah itu mereka semua dari berbagai perkumpulan latihan bersama di lapangan hijau terbuka…. setelah sholat magrib, dijanjutkan dengan latihan kembali… sampai akhirnya mereka semua kecapean. dan istirahat bersama-sama dengan alas tidur jaket dan bantal menggunakan tas masing-masing, tanpa selimut di gunung yang sangat dingin. saking cepenya, semua tertidur dengan nyenyaknya.

keesokan harinya setelah sarapan, ujian di mulai… sampai siang. setelah semua selesai ujian, mereka kembali ke jakarta. Mendengar cerita adam sangat semangat, saya juga mendengarnya sangat senang. tetapi ketika keesokan harinya bertemu dengan salah seorang ibu yang ikutan menginap dekat tempat ujian dan mengawasi anaknya dari kejauhan, ibu tersebut bercerita betapa kasian melihat anak-anak kecil dibentak-bentak, dia mengatakan untung gak lihat dan mendengar..  gak bakalan tega deh, katanya.. ibu itu membujuk agar anaknya berhenti latihan. tetapi anaknya malah marah, karena sudah senang dengan tae kwon do.

gasuku

20121118_120649

ujian gashuku

Tadi pagi, saya melihat banyak orang tua yang baru pertama kali mengantarkan anaknya untuk gashuku, alias anaknya baru ban putih.. banyak diantara mereka yang sudah menyewa villa dekat dengan tempat gashuku.. karena khawatir dengan anaknya… semoga mereka bisa tahan dan sabar… 🙂 untuk melihat semua itu….. kalau diijinkan untuk melihat.

untuk saya sendiri, semua saya serahkan kepada sang Pencipta, karena semua ini ada …berkat ciptaannya. semoga adam menjadi anak yang tangguh, sehat mental, selalu berfikiran positif, spotif dan sehat…

there is always a different story in every parenting style.

Musim Ujian Tiba

selain ada musim hujan, musim panas, sekarang saatnya bagi adam musim ujian. dimulai dari ujian sekolah selama 2 minggu, karena jumlah pelajaran di sekolahnya 16, lanjut dengan ujian ekstrakulikulernya menginap diluar kota.  🙁  tanpa ada libur, seninnya sekolah mulai proses belajar mengajar kembali.

Ya… hidup memang penuh dengan ujian. kalau tidak diuji maka tidak ada evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan.

sayangnya, banyak orang yang lupa, bahwa ujian adalah evaluasi. kenapa?? evaluasi terhadap proses yang sudah kita lakukan. mereka tidak melihat kepada proses, mereka hanya melihat hasil.

Learning is not a race, it is a journey.

saya sangat suka dengan slogan itu.

nilai itu bukan segalanya.

Anak harusnya berlomba dengan dirinya sendiri. Artinya, kalau dulu dia belum menguasai tema pelajaran tertentu, setelahnya dilihat apakah dia sudah bisa menguasai materi tersebut. Atau kalau mau melihat nilai akademis, misalnya dulu rata-rata disemester 1 adalah 7, semester depannya hasilnya 7,5, berarti kita bisa melihat adanya kemajuan dari anak itu.

Bagaimana dengan saya sendiri? Tentu masih jauh dari kriteria orangtua ideal. saya sempat terbawa arus, betapa bangganya saya ketika adam kelas satu, pertama kalinya mendapatkan raport adam rangking, bayangkan dari banyak sekolah TK, bersatu dalam satu kelas dan adam berhasil, luar biasa rasanya.. tidak menyangka adam bisa mengikuti semua pelajaran di sekolahnya dengan baik.  banyak orang yang bertanya ” rangking berapa adam???, saya dengan senangnya menjawab.

belum lagi tulis status di sosial media, ” alhamdulilah…. rangking….”

dan hal itu selalu berulang ketika pengambilan rapot tiba.

 

sekarang saya menyadari,  bahwa proses pembelajaran anak, bukan suatu pertandingan antar orangtua, justru itu suatu proses yang harus anak jalani untuk menerima hasilnya. Apakah baik atau kurang memuaskan hasilnya? Tentunya semua akan menjadi pembelajaran, baik untuk anak itu sendiri, ataupun untuk orangtuanya. seperti slogan di atas.

 there is always a different story in every parenting style.

 

Hidup sesuai zamannya

Dulu sewaktu saya masih kecil, liburan adalah hari yang ditunggu-tunggu. karena bisa asik main dengan teman-teman dilingkungan rumah sepuas hati. 🙂

Anak sekarang, libur dan tidak libur sama saja. tiap hari tidak bisa lepas dari gadget. seperti gambar di bawah ini. Mereka asik bermain games online dengan perangkatnya masing-masing. Sama seperti permainan konvensional, permainan ini juga bisa membuat mereka bertengkar, menangis dan teriak-teriak karena serunya bermain. sayangnya dengan posisi seperti ini, tidak melatih motorik kasar mereka.

20130312_104811

Kreativitas orang tua saat ini mesti banyak, demi menciptakan liburan seru buat anak. Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan demi perkembangan dan pertumbuhan anak…

Secara teori, banyak yang sudah saya baca untuk mendukung proses tumbuh kembang anak menjadi anak yang sehat mental, tetapi sangat sulit dilakukan ketika anak tidak mau bergabung bermain dengan anak-anak dilingkungan rumah. Anak lebih nyaman berada di rumah dan asik dengan gadgetnya.

Mall…. 🙂 one stop shopping

menjadi andalan saat ini untuk mengajak anak pergi keluar rumah.  Haruskah???   🙁

Bekal liburan…

Musim liburan…. musim hujan….

mau kemana-mana susah, aktivitas diluar, takut kehujanan, aktivitas didalam mall, pulangnya pasti macettt. untuk itu, minggu kemarin sudah ke toko buku, beli bekal liburan yang banyak… kebetulan tiga manula kesayangan adam sudah terbit edisi terbaru… sambil baca, sambil belajar… perjalanan yang jauuuhhh dari jakarta – sampai mojokerto.. lumayan, tambah pengetahuan buat adam. ngak ketinggalan juga komik kesayangannya, kobochan dan doraemon ikutan masuk ke dalam tas belanja..  satu lagi buku yang dipilih adam, ensiklopedia dinosaurus.

sudah beberapa hari ini, dia selalu tanya tentang fosil..  ” mama indonesia punya fosil ngak sihh”..

masih belum tau ujung dari pikirannya..

kalau buku untuk saya, liburan kali ini, cukup satu buku dan sangat bagus.. liat aja.

 

Anak sehat, pastinya dari ibu yang sehat… sehat pikirannya.

Selamat Hari Ibu

Kepada semua ibu , Selamat hari ibu, semoga kita diberikan kesehatan dan kekuatan untuk mendampingi, mendidik dan mengasuh anak anak kita hingga mereka sukses…

 

Buku ini adalah buku yang sangat inspiratif buat saya… sangat menyentuh hati sewaktu membacanya, sangat beruntung sekali Daoed Joesoef mempunyai seorang emak, yang serba bisa, yang tidak sekolah dan sangat sederhana, tetapi bisa mendidik anaknya hingga sukses.. hanya dengan kesederhanaan pola pikir, semua dari alam dan kembali ke alam..

Allah telah menciptakan, sudah selayaknya kita menjaga titipan Allah itu dengan baik. dengan merawatnya sebaik-baiknya, maka Allah pasti akan memberikan kita segala sesuatunya dengan mudah…

 

Dear Allah, Alhamdulilah for Everything