Asumsi Biasanya Berujung Pada Kesalahan

di salah satu blog dosen yang saya baca , menceritakan pengalaman tentang penyelenggaraan UTS online, dengan menggunakan moodle.  karena khawatir ada mahasiswa yang kesulitan untuk mengakses internet, maka ujian dilakukan di lab komputer kampus.  waktu ujian 90 menit dengan jumlah soal 34 soal dengan asumsi mahasiswa paham apa yang ditanyakan.

Ketika ujian ada beberapa kejadian. Ada satu baris komputer, 4 komputer, yang tiba-tiba mati listriknya. Ternyata mahasiswa yang duduk di dekat dinding secara tidak sengaja kursinya menekan switch on/off dari power bar di dinding. Maka matilah 4 komputer tersebut. Setelah dinyalakan maka keempat mahasiswa tersebut harus mengulang kembali ujainnya. Untung sistem yang digunakan memperkenankan itu.

Ada juga mahasiswa yang komputernya tiba-tiba restart. Ada juga mahasiswa yang datang dengan membawa notebook dan minta ijin untuk menggunakan notebook … Eh, ternyata akses wifinya tidak stabil. Jadi mereka harus mengulang ujian dua kali. Akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan komputer desktop yang mulai ditinggalkan oleh mahasiswa yang sudah selesai.

Poin yang ingin disampaikan adalah infrastruktur harus reliable.

Ada masalah besar dalam menyelenggarakan ujian online.  ujiannya bersifat “closed book”, tetapi bagaimana caranya? Browser yang digunakan kan bisa diarahkan ke Google untuk mencari jawaban di internet. Lebih parah lagi, di sistem blended learning yang digunakan untuk UTS ini juga di gunakan untuk menyimpan materi kuliah dalam bentuk berkas presentasi. Mereka dapat melihat berkas ini untuk mencari jawaban.

Untuk itulah ada  instruksi di kelas bahwa (1) mereka hanya diperkenankan untuk membuka UTS saja, (2) mereka harus memiliki kejujuran 100%. Bagaimana cara untuk memastikan hal ini secara teknis? dosen tersebut hanya mengingatkan mereka bahwa nilai dari UTS ini nilainya tidak terlalu penting dibandingkan dengan nilai kejujuran mereka. (Bobot dari nilai UTS ini akan sangat kecil.) Dengan kata lain mereka ujian terhadap diri sendiri. Jika mereka tidak dapat jujur kepada diri sendiri di lingkungan kampus yang notabene steril, bagaimana mereka dapat jujur di luar nanti?

Ujian ini adalah ujian terhadap kejujuran. Luluskah Anda?

saya sangat senang, begitu banyak dosen yang kreatif dan inovatif dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, termasuk metode untuk evaluasi alias ujian.

disatu sisi, saya sangat prihatin dengan dosen yang sangat sulit untuk menerima perubahan dalam hal proses belajar mengajar dengan menggunakan teknologi.

Misalnya, dalam hal presensi perkuliahan….. merubah cara input presensi dari manual ke otomatisasi, ributnya bukan main…. tidak mau disamakan dengan buruh pabrik katanya…   🙁

Infrastruktur adalah point penting dalam hal teknologi, seperti cerita di atas, banyak hal bisa terjadi. maka jangan heran kalau ada yang tidak jalan sebagaimana mestinya.

kenapa takut untuk melakukan presensi ??? kenapa harus buang energi membiacarakan hal yang tidak perlu ??? bukan kah kreativitas dan inovasi harus didukung demi terciptanya efektivitas…..

kembali lagi dengan kejujuran… seperti cerita di atas,… luluskah anda ??

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*